1. Angka kelahiran, angka kematian, migrasi, struktur penduduk dan rasio ketergantungan.
1.1 PERTUMBUHAN PENDUDUK
Jumlah penduduk mengalami perkembangan yang dinamis, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : kelahiran (fertilitas/natalitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).
Faktor kelahiran dan penduduk yang datang (imigrasi) akan menambah jumlah, sedangkan kematian dan penduduk yang keluar (emigrasi) akan mengurangi jumlah penduduk.
Untuk menghitung pertambahan penduduk digunakan rumus :
P = (L-M) + (I-E)
P: pertambahan penduduk
L: jumlah kelahiran dalam 1 tahun
M: jumlah kematian dalam 1 tahun
I: jumlah penduduk yang masuk (imigrasi)
E: jumlah penduduk yang keluar (emigrasi)
Pertambahan penduduk alami atau natural increase artinya pertambahan penduduk yang dihitung dari selisih antara kelahiran dan kematian Yaitu selisih jumlah kelahiran dan kematian, dengan rumus :
PA = (L – M)
PA : pertumbuhan penduduk alami
L : jumlah kelahiran dalam 1 tahun
M : jumlah kematian dalam 1 tahun
Pertambahan Migrasi (Net Migration) artinya pertambahan penduduk yang dihitung dari selisih antara jumlah penduduk yang masuk dengan penduduk yang keluar
Rumus untuk menghitung pertambahan migrasi :
PM = I – E
PM : pertambahan migrasi
I : jumlah penduduk yang masuk (emigrasi) dalam 1 tahun
E : jumlah penduduk yang keluar (emigrasi) dalam 1 tahun
1.2 MORTALITAS
Jumlah penduduk mengalami perkembangan yang dinamis, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : kelahiran (fertilitas/natalitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).
Faktor kelahiran dan penduduk yang datang (imigrasi) akan menambah jumlah, sedangkan kematian dan penduduk yang keluar (emigrasi) akan mengurangi jumlah penduduk.
Untuk menghitung pertambahan penduduk digunakan rumus :
P = (L-M) + (I-E)
P: pertambahan penduduk
L: jumlah kelahiran dalam 1 tahun
M: jumlah kematian dalam 1 tahun
I: jumlah penduduk yang masuk (imigrasi)
E: jumlah penduduk yang keluar (emigrasi)
Pertambahan penduduk alami atau natural increase artinya pertambahan penduduk yang dihitung dari selisih antara kelahiran dan kematian Yaitu selisih jumlah kelahiran dan kematian, dengan rumus :
PA = (L – M)
PA : pertumbuhan penduduk alami
L : jumlah kelahiran dalam 1 tahun
M : jumlah kematian dalam 1 tahun
Pertambahan Migrasi (Net Migration) artinya pertambahan penduduk yang dihitung dari selisih antara jumlah penduduk yang masuk dengan penduduk yang keluar
Rumus untuk menghitung pertambahan migrasi :
PM = I – E
PM : pertambahan migrasi
I : jumlah penduduk yang masuk (emigrasi) dalam 1 tahun
E : jumlah penduduk yang keluar (emigrasi) dalam 1 tahun
1.2 MORTALITAS
Pengertian mortalitas :
• Lahir hidup : peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara
lengkap tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi,
hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti
denyut jantung, detak tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandnag
apakah tali puat sudah dipotong atau belum (LIVE BIRTH)
• Mati : keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH)
• Kematian bayi di dalam rahim (intra uterin)
1) Abortus, kemtian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
2) Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu
sampai pada umur kandungan 28 minggu.
3) Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28
minggu sampai waktu lahir.
• Kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
1) Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu
keluar dari rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2) Kematian bayi baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum
berumur satu bulan.
3) Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi
setelah berumur satu bulan teetapi kurang dari satu tahun.
4) Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga
berumur kurang dari satu tahun.
Ukuran-ukuran kematian
1. Crude Death Rate (CDR = Angka Kematian Kasar)
2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)
3. Infant Mortality Rate (IMR = Angka Kematian Bayi)
4. Child Mortality Rate (CMR = Tingkat Kematian Anak)
5. Childhood Mortality Rate (ChMR = Angka Kematin Anak Di bawah Lima
Tahun)
6. Expectacy of Life (e0 = Angka Harapan Hidup)
Angka yang menunjukkan rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur tertentu.
1.3 Faktor yang mempengaruhi struktur penduduk
•Fertilitas: Angka kelahiran meningkat, maka dasar piramida memanjang dibandingkan kel. Umur sebelumnya. Sebaliknya dasar piramida memendek jika angka kelahiran menurun.
•Mortalitas: Terjadi penciutan diagram balok untuk setiap kel. Umur. Bentuk slope semakin curam dibanding tahun-tahun sebelumnya.
•IMRyang berkaitan dengan reproduksi: Jika IMR perempuan berkurang berarti mereka yang akan memasuki usia reproduksi semakin bertambah, sehingga ada kecenderungan fertilitas meningkat.
•Migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar (pada kelompok umur dewasa): akan menyebabkan pembengkakan pada bagian tengah piramida penduduk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
1.4 Rasio ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio ketergantungan(dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14thn, ditambah dengan jumlah penduduk usia 65thn keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64thn. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua.
· rasio ketergantungan muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14thn debgan jumlah penduduk umur 15-64thn.
· rasio ketergantungan tua adalah perbandingan jumlah penduduk 65thn keatas keatas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 thn
2. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
2.1 Kebudayaan Hindu dan Budha
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.
2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.
3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.
7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya:
· Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
2.2. Kebudayaan Islam
Abad ke 15 da 16 agama islam telah dikembangkan di Indonesia, oleh para pemuka-pemuka islam yang disebut Walisongo. Titik penyebaran agama Islam pada abad itu terletak di Pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebelum abad ke 11 sudah ada wanita islam yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik. Masuknya agama Islam ke Indonesia berlangsung secara damai. Hal ini di karena masuknya Islam ke Indonesia tidak secara paksa. Melainkan dengan cara baik-baik, di samping itu disebabkan sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Abad ke 15 ketika kejayaan maritim Majapahit mulai surut , berkembanglah negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan kewibawaan majapahit yang berpusat pemerintahan di pedalaman. Negara- negara yang dimaksud adalah Negara malaka di Semenanjung Malaka,Negara Aceh di ujung Sumatera, Negara Banten di Jawa Barat, Negara Demak di Pesisir Utara Jawa Tengah, Negara Goa di Sulawesi Selatan . Dalam proses perkembangan negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang. Pedagang kaya dan golongan bangsawan kota- kota pelabuhan, nampaknya telah terpengaruh dan menganut agama Islam. Daerah-daerah yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai pengaruh yang mendalam dalam kehidupan penduduk. Di daerah yang bersangkutan. Misalnya Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Timur, Sumateraa Barat, dan Pesisr Kalimantan.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Kebudayaan Islam memberi saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian Bangsa Indonesia.
2.3. Kebudayaan Barat
Unsur kebudayaan barat juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Masuknya budaya Barat ke Negara Republik Indonesia ketika kaum kolonialis atau penjajah masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota propinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan dengan bergaya arsitektur Barat. Dalam waktu yang sama, dikota-kota pusat pemarintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial.
1. lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh
2. lapisan sosial yang terdiri dari kaum pegawai
2. lapisan sosial yang terdiri dari kaum pegawai
Dalam kedua lapisan inilah pendidikan barat di sekolah-sekolah kemampuan atau kemahiran Bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas. Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh Kebudayaan Eropa yang masuk juga ke dalam Kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan Agama Kristen Protestan. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi penyiaran agama yang bersifat swasta. Penyiaran dilakukan di daerah- daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha, atau Islam daerah itu misalnya Irian Jaya, Maluku Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara dan tengah, Nusa Tenggara Timur dan Pedalaman Kalimantan. Sudah menjadi watak dan kepribadian timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar,kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuaikanlah kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar